Parah, Punya Utang 500 Juta, Anak Bupati Majalengka Malah Ngamuk dan Menembaki Orang yang Menagihnya

Indonesia adalah negara hukum, semua warganya harus tunduk kepada hukum yang berlaku, bahkan presiden pun harus tunduk.

Karenanya jika ada yang melakukan pelanggaran siapapun itu harus diproses hukum.

Panji Pamungkas, korban penembakan oleh anak Bupati Majalengka, mengaku diintimidasi berupa ancaman hingga luka tembak di tangan.

Sponsored Ad

Pengeroyokan dan penembakan dilakukan di Ruko Hana Sakura, Cigasong, Majalengka, Jawa Barat, pada Minggu (10/11/2019) malam.

Dijelaskan, sebelum terjadinya penembakan itu, Panji dan 12 pegawai perusahaan yang dikelolanya datang ke Majalengka untuk menagih uang proyek kepada oknum ASN Pemkab Majalengka berinisial IN yang merupakan anak bupati Majalengka.

Awalnya Panji diminta menunggu di rumah anak Bupati Majalengka.

"Tepatnya maghrib kami mengadakan shalat berjemaah dulu di sana," kata Panji di Bandung, Selasa (12/11/2019).

Sponsored Ad

Tak berselang lama, orang suruhan IN kemudian meminta Panji untuk bergeser menunggu di sebuah ruko.

Mereka pun tiba di lokasi yang dimaksud sekitar pukul 19.30 WIB. Karena lama menunggu, dia pun sampai ketiduran di mobil.

Sponsored Ad

"Kami tunggu cukup lama di sana sampai jam 22.00 WIB, saya sudah ketiduran di dalam mobil, belum terjadi apa-apa," katanya.

Pukul 23.30 WIB, Panji pun terbangun setelah mendengar suara letusan tembakan.

Ia juga kemudian dibangunkan teman dan orang-orang dari IN.

"Pas saya bangun, saya lihat ternyata ada penuh, kisaran 30-40 orangnya Bapak IN yang sudah terjadi pengeroyokan terhadap pegawai saya. Yang menjadi korban tiga. Itu pegawai sekaligus adik dan kakak saya," tuturnya.

Sponsored Ad

Tak lama kemudian, Panji dibawa keluar dari mobilnya secara paksa oleh sejumlah orang.

Di dalam perjalanan, IN yang menenteng senjata api kemudian menghampiri dan merangkul Panji sambil mengucapkan kata-kata ancaman.

"Saya dirangkul IN yang sambil menenteng senpinya, persis di depan kantor IN, dia ancam bunuh saya. Katanya kamu di sini bikin masalah terus, kamu di sini bikin rusuh terus. Padahal, kami di sana tidak ada niat keributan, sajam pun kami tak ada," kata Panji menirukan ucapan pelaku.

Sponsored Ad

Panji kemudian dibawa masuk ke kantor IN. Di situlah, Panji diberi uang Rp 500 juta untuk pembayaran utang.

"Hanya caranya (membayar) pun uang dilempar ke bawah diinjak-injak. Saya berlumuran darah, uangnya pun kena darah saya," katanya.

Sponsored Ad

"Dari situ, saya keluar tanpa memikirkan uang, saya lari ke RSUD, kemudian lanjut ke polres untuk bikin laporan. Jadi ceritanya memang Rp 500 juta dibayar, tapi setelah terjadi penembakan," tuturnya.

Panji juga mengaku bahwa IN sempat menodongkan senjata ke arahnya. Letusan tembakan pun sempat terlontar.

Namun, pada tembakan pertama, Panji bisa mengelak sehingga peluru mengenai paha seseorang yang disebut sebagai orang IN.

Namun, tembakan berikutnya melukai tangan kiri Panji. "Korbannya (penembakan) di sana ada dua, orangnya IN dan saya," ucapnya.


Sumber: grid.id

Kamu Mungkin Suka